Presiden ke 1 RI (Dr. Ir. H. Soekarno)
Presiden Ir. Soekarno merupakan tokoh revolusioner, negarawan, dan pemimpin politik yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembentukan negara Indonesia modern. Ia juga dikenal sebagai seorang orator yang ulung dan memiliki karisma yang kuat.
Soekarno adalah salah satu pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 dan menjadi pemimpinnya. Ia aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda dan memainkan peran utama dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Selama masa kepemimpinannya sebagai presiden, Soekarno mengembangkan visi politik dan ideologi yang dikenal sebagai “Nasionalisme, Agama, dan Komunisme” atau dalam bahasa Indonesia disingkat menjadi “Nasakom.” Ideologi ini mencerminkan pendekatan nasionalis, religius, dan sosialis yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai aliran politik yang ada saat itu.
Soekarno juga aktif dalam diplomasi internasional, menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia dan memainkan peran penting dalam gerakan non-blok. Ia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok pada Konferensi Bandung tahun 1955 dan mempromosikan persatuan dan kemandirian negara-negara berkembang di tengah polarisasi Blok Barat dan Blok Timur.
Namun, pada akhir masa kepemimpinannya, Soekarno menghadapi tekanan politik dan ekonomi yang meningkat. Pada tahun 1965, upaya kudeta yang diduga melibatkan PKI dan berbagai kelompok lainnya terjadi, yang kemudian diikuti oleh peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September. Kondisi ini mengakibatkan Soekarno kehilangan kekuasaan politik dan digantikan oleh Jenderal Suharto pada tahun 1967.
Meskipun masa jabatannya penuh dengan kontroversi dan kritik, Soekarno tetap dihormati sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia dianggap sebagai arsitek utama kemerdekaan Indonesia dan telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembentukan identitas nasional Indonesia.
Presiden ke 2 RI (Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto)
Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto adalah mantan Presiden Indonesia yang memerintah dari tahun 1967 hingga 1998. Ia menjadi presiden kedua Republik Indonesia setelah menggulingkan Presiden Soekarno pada tahun 1967 dalam apa yang dikenal sebagai “Gerakan 30 September”.
Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 di Kemusuk, Yogyakarta, Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Ia memiliki latar belakang militer dan awalnya melayani dalam Tentara Pelajar pada masa pendudukan Jepang. Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, ia bergabung dengan Angkatan Darat Indonesia dan naik pangkat hingga menjadi Jenderal.
Gerakan 30 September tahun 1965 yang diduga melibatkan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kelompok-kelompok terkait, yang mengakibatkan sejumlah tokoh militer dan politik Indonesia tewas, membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan. Ia mengklaim bahwa gerakan tersebut adalah upaya kudeta PKI dan berhasil memadamkan pergerakan tersebut. Setelah itu, ia mengonsolidasikan kekuasaannya dan menyingkirkan pengaruh PKI serta pengikut Soekarno dalam apa yang disebut sebagai “Pembersihan G30S/PKI”.
Sebagai presiden, Soeharto menerapkan kebijakan politik yang dikenal sebagai “Orde Baru” (New Order). Pemerintahannya ditandai dengan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang kuat, yang didukung oleh kebijakan pembangunan ekonomi yang terpusat dan ketegasan dalam menjaga kestabilan. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mengalami modernisasi ekonomi, industrialisasi, dan meningkatnya investasi asing.
Namun, pemerintahan Soeharto juga dikenal dengan pembatasan kebebasan politik, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi yang meluas. Pada tahun 1998, protes massa yang meluas dan krisis ekonomi yang memburuk memaksa Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Setelah pensiun dari jabatan presiden, Soeharto hidup dalam kedamaian dan jarang muncul di hadapan publik. Ia wafat pada tanggal 27 Januari 2008 di Jakarta, Indonesia. Warisannya dalam sejarah Indonesia tetap menjadi sumber perdebatan, dengan sebagian melihatnya sebagai pemimpin yang berhasil membangun ekonomi dan menjaga stabilitas, sementara yang lain mengkritik pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi yang terjadi selama pemerintahannya.
Presiden ke 3 RI (Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie)
Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang lebih dikenal dengan sebutan B.J. Habibie, adalah seorang tokoh negarawan, ilmuwan, dan insinyur terkemuka Indonesia. Ia adalah presiden ketiga Republik Indonesia, yang menjabat dari tahun 1998 hingga 1999.
Habibie lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan teknik mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan melanjutkan studi di Technische Hochschule Aachen, Jerman, di mana ia meraih gelar Doktor dalam bidang teknik aerospace.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Jerman, Habibie bekerja di perusahaan dirgantara terkemuka, Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), di Jerman. Ia memiliki keahlian dan pengetahuan yang luas dalam bidang teknologi pesawat terbang dan terlibat dalam pengembangan berbagai proyek pesawat terbang di MBB.
Pada tahun 1974, Habibie kembali ke Indonesia atas undangan Presiden Soeharto untuk membantu membangun industri dirgantara nasional. Ia mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan merancang kebijakan pembangunan industri dirgantara di Indonesia.
Selama masa jabatan Presiden Soeharto, Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, dan kemudian sebagai Wakil Presiden Indonesia. Ketika Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998, Habibie menjadi presiden menggantikannya.
Sebagai presiden, Habibie berusaha melakukan reformasi politik, ekonomi, dan sosial. Ia mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih mengizinkan kebebasan politik, mengadakan pemilihan umum yang lebih demokratis, dan berupaya mengurangi korupsi. Ia juga membuka ruang bagi kebebasan pers dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
Namun, masa jabatan Habibie sebagai presiden terbilang singkat, hanya selama satu tahun. Ia menghadapi tekanan politik dan protes massa yang mendorong pengunduran dirinya dan pemilihan presiden yang lebih demokratis pada tahun 1999.
Setelah meninggalkan jabatan presiden, Habibie aktif di bidang pendidikan dan teknologi. Ia mendirikan Yayasan Habibie untuk Pendidikan dan Pembangunan, yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan teknologi di Indonesia.
B.J. Habibie wafat pada tanggal 11 September 2019 di Jakarta, Indonesia. Ia dihormati sebagai tokoh yang berdedikasi dalam bidang teknologi dan memiliki peran penting dalam memajukan industri dirgantara Indonesia. Warisannya mencakup kontribusinya dalam pengembangan teknologi, pendidikan, dan perjuangan menuju reformasi politik di Indonesia.
Presiden ke 4 RI (Dr. K.H. Abdurrahman Wahid)
Dr. K.H. Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah seorang tokoh Muslim, intelektual, dan politisi Indonesia yang menjadi Presiden Republik Indonesia keempat. Ia menjabat sebagai presiden dari tahun 1999 hingga 2001.
Gus Dur lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Ia merupakan putra dari K.H. Wahid Hasyim, seorang ulama terkemuka dan mantan Menteri Agama Indonesia. Gus Dur tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi keagamaan dan intelektualitas.
Sebagai seorang intelektual, Gus Dur memiliki pendidikan yang kuat dalam ilmu agama dan filsafat. Ia belajar di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Universitas Al-Azhar di Mesir dan di Universitas Baghdad di Irak.
Gus Dur adalah pendiri dan pemimpin Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia memainkan peran penting dalam mengembangkan NU menjadi kekuatan politik dan sosial yang signifikan di Indonesia.
Pada tahun 1999, setelah Reformasi 1998 yang menggulingkan Presiden Soeharto, Gus Dur terpilih sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ia menjadi presiden pertama di Indonesia yang dipilih melalui pemilihan langsung oleh MPR.
Masa kepemimpinan Gus Dur sebagai presiden ditandai dengan komitmen kuatnya terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme. Ia berupaya memperkuat demokrasi di Indonesia, melindungi kebebasan beragama, dan mempromosikan dialog antaragama.
Namun, masa jabatannya penuh dengan tantangan politik dan konflik. Ia menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan militer dan politisi konservatif. Pada tahun 2001, MPR mencabut mandat presiden Gus Dur dalam proses kontroversial yang dikenal sebagai “Sidang Istimewa MPR”.
Setelah meninggalkan jabatan presiden, Gus Dur tetap aktif di dunia politik dan sosial. Ia terus memperjuangkan perdamaian, toleransi, dan demokrasi di Indonesia dan di tingkat internasional.
Gus Dur wafat pada tanggal 30 Desember 2009 di Jakarta, Indonesia. Ia dihormati sebagai tokoh yang visioner, toleran, dan berkomitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan pluralisme. Warisannya mencakup kontribusinya dalam memajukan kebebasan beragama, memperkuat demokrasi, dan memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia.
Presiden ke 5 RI (Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri)
Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, yang lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri atau Megawati, adalah seorang politikus Indonesia yang menjadi Presiden Republik Indonesia kelima. Ia menjabat sebagai presiden dari tahun 2001 hingga 2004.
Megawati lahir pada tanggal 23 Januari 1947 di Yogyakarta, Indonesia. Ia adalah putri dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dan Fatmawati, yang juga merupakan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keluarganya memiliki latar belakang politik yang kuat dan berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Sebagai seorang politikus, Megawati terlibat dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai politik yang didirikan oleh ayahnya. Ia menduduki berbagai posisi penting dalam partai tersebut, termasuk sebagai Ketua Umum PDIP.
Pada tahun 2001, Megawati terpilih sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) setelah pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid. Ia menjadi presiden pertama wanita di Indonesia dan kedua kalinya seorang anggota keluarga Soekarno menduduki jabatan presiden.
Masa kepemimpinan Megawati sebagai presiden ditandai dengan upaya pemulihan dan stabilisasi pascakrisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Ia juga berupaya memperkuat demokrasi, memajukan ekonomi rakyat, dan memperkuat kedaulatan Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Namun, masa jabatannya sebagai presiden tidak berlangsung lama dan penuh dengan tantangan politik. Pada tahun 2004, Megawati kalah dalam pemilihan presiden dan digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Meskipun demikian, Megawati tetap aktif dalam politik dan memimpin PDIP.
Setelah meninggalkan jabatan presiden, Megawati terus berperan dalam dunia politik Indonesia. Ia memainkan peran penting dalam pembentukan kebijakan partai, pemilihan umum, dan perkembangan demokrasi di Indonesia. Megawati masih menjadi tokoh yang berpengaruh dalam politik Indonesia hingga saat ini.
Megawati dihormati sebagai tokoh politik yang kuat dan ikon perempuan dalam politik Indonesia. Sebagai putri dari Presiden Soekarno, ia juga mewarisi warisan dan pengaruh keluarga Soekarno dalam sejarah politik Indonesia.
Presiden ke 6 RI (Jenderal TNI Prof. Dr. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A.,)
Jenderal TNI Prof. Dr. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A., yang lebih dikenal sebagai SBY, adalah seorang tokoh politik dan mantan presiden Indonesia. Ia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia dari tahun 2004 hingga 2014.
SBY lahir pada tanggal 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur, Indonesia. Ia memiliki latar belakang militer dan memulai karirnya sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia menyelesaikan pendidikan militer di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) dan kemudian melanjutkan pendidikan di berbagai institusi militer di dalam dan luar negeri.
Sebagai seorang perwira tinggi TNI, SBY menduduki berbagai posisi penting, termasuk sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer dan Kepala Staf Umum TNI Angkatan Darat. Ia juga memperoleh gelar doktor di bidang ilmu ekonomi dari Universitas Webster di Amerika Serikat.
Pada tahun 2004, SBY maju sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden pertama yang langsung dipilih oleh rakyat Indonesia. Ia terpilih sebagai presiden setelah mengalahkan Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan tersebut.
Masa kepemimpinan SBY sebagai presiden ditandai dengan pembangunan infrastruktur, reformasi ekonomi, dan upaya pemulihan demokrasi di Indonesia. Ia berkomitmen untuk memperkuat pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel. Selama masa jabatannya, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan dalam stabilitas politik.
Selain itu, SBY juga mengambil peran aktif dalam diplomasi internasional. Ia berperan dalam membangun hubungan yang baik dengan negara-negara lain dan memperjuangkan isu-isu global seperti perubahan iklim dan penanggulangan bencana.
Setelah meninggalkan jabatan presiden pada tahun 2014, SBY masih aktif dalam politik dan mendirikan Partai Demokrat. Ia terus berperan dalam pembentukan kebijakan politik di Indonesia dan menjadi salah satu tokoh politik yang berpengaruh.
SBY dihormati sebagai tokoh yang berdedikasi dalam pembangunan negara dan demokrasi di Indonesia. Warisannya mencakup peran pentingnya dalam mengawal proses reformasi, pembangunan infrastruktur, dan menjaga stabilitas politik dan ekonomi di Indonesia selama masa kepemimpinannya.
Presiden ke 7 RI (Ir. H. Joko Widodo)
Ir. H. Joko Widodo, yang lebih dikenal sebagai Jokowi, adalah seorang politikus dan saat ini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Ia mulai menjabat sebagai presiden sejak 20 Oktober 2014 setelah memenangkan pemilihan presiden pada tahun yang sama, dan kemudian terpilih kembali dalam pemilihan presiden pada tahun 2019.
Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni 1961 di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Sebelum terjun ke dunia politik, ia memiliki latar belakang sebagai pengusaha dan pejabat di tingkat lokal. Sebagai seorang wirausaha, Jokowi merintis usaha di bidang perdagangan mebel dan kemudian menjadi Walikota Surakarta (Solo) dari tahun 2005 hingga 2012.
Prestasi Jokowi sebagai Walikota Solo membuatnya terpilih sebagai Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012. Selama masa jabatannya sebagai gubernur, Jokowi mengimplementasikan berbagai program pembangunan, termasuk pembangunan infrastruktur, peningkatan pelayanan kesehatan, dan pengembangan transportasi umum.
Setelah berhasil memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2014, Jokowi memprioritaskan pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan reformasi birokrasi. Ia meluncurkan program-program seperti Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, serta menggalakkan pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan proyek infrastruktur lainnya di seluruh Indonesia.
Selama masa jabatannya, Jokowi juga berfokus pada upaya peningkatan akses pendidikan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan pariwisata, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ia juga mengadvokasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Di tingkat internasional, Jokowi memainkan peran dalam diplomasi dan kerjasama regional. Ia mempromosikan kerja sama ekonomi dengan negara-negara lain, serta berperan dalam isu-isu regional dan global, termasuk perubahan iklim dan perlindungan lingkungan.
Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang sederhana dan dekat dengan rakyat. Ia sering melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia dan secara aktif berinteraksi dengan masyarakat.
Meskipun masa jabatannya masih berlangsung, Jokowi dianggap sebagai tokoh yang berdedikasi untuk memajukan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Warisannya mencakup upaya pembangunan infrastruktur, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta transformasi ekonomi dan sosial di Indonesia.
Presiden ke 8 RI (Letnan Jenderal TNI H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo)
Letnan Jenderal TNI H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo adalah seorang tokoh militer dan politikus Indonesia. Ia lahir pada tanggal 17 Oktober 1951 di Jakarta, Indonesia, dan merupakan anak dari Djojohadikusumo, seorang ekonom terkenal di Indonesia.
Prabowo Subianto memiliki latar belakang militer yang kuat. Ia bergabung dengan Akademi Militer Nasional (AMN) pada tahun 1970 dan kemudian mengikuti berbagai pendidikan militer di dalam dan luar negeri. Prabowo aktif dalam berbagai penugasan militer, termasuk sebagai komandan pasukan tempur khusus dalam beberapa operasi militer.
Setelah karir militernya, Prabowo Subianto terlibat dalam politik Indonesia. Ia memainkan peran aktif dalam beberapa partai politik, termasuk Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), yang ia dirikan pada tahun 2008 dan memimpinnya sebagai Ketua Umum.
Prabowo menjadi calon presiden dalam pemilihan presiden Indonesia pada tahun 2014 dan 2019. Meskipun tidak berhasil memenangkan pemilihan tersebut, ia tetap merupakan tokoh politik yang berpengaruh di Indonesia.
Sebagai tokoh politik, Prabowo Subianto memiliki visi pembangunan nasional yang kuat dan menekankan kedaulatan ekonomi serta pertahanan dan keamanan nasional. Ia mempromosikan kemandirian ekonomi dan peningkatan peran Indonesia di tingkat regional dan internasional.
Selain itu, Prabowo juga dikenal karena keterlibatannya dalam isu-isu sosial dan lingkungan. Ia memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan pelestarian alam.
Namun, perjalanan politik Prabowo Subianto juga kontroversial dan penuh dengan perdebatan. Ia pernah dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia selama masa pemerintahan Soeharto dan penggunaan kekerasan dalam beberapa aksi politik.
Warisan dan pandangan Prabowo Subianto dalam politik terus menjadi subjek perdebatan di Indonesia. Pendapat tentang peran dan kontribusinya terbagi di kalangan masyarakat Indonesia.